Jumat, 18 Januari 2013

SEMANGAT BUDAYA DAN SOSIAL

SEMANGAT BUDAYA DAN SOSIAL


1. Semangat membentuk perubahan budaya: 

Sebuah tempat tinggal manusia bukanlah hanya merupakan kumpulan dari rumah-rumah. Hal itu merupakan bagian dari manusia (sosial dan budaya). (Rumah, yang merupakan bagian hasil dari budaya kemanusiaan, merupakan salah satu dari enam dimensi sosial atau budaya,dimensi teknologi, yang akan dijelaskan dibawah ini).
Semangat sosial ( membentuk partisipasi komunitas dan kemandirian) memacu dan mengatur sebuah komunitas. Hal ini berarti bahwa organisasi sosial dari sebuah komunitas telah berubah, walaupun hanya sedikit. seorang penyemangat, oleh karena itu, merupakan agen perubah sosial atau katalisator.

2. Seorang penyemangat haruslah memahami masyarakat:

Mungkin akan berbahaya apabila kita ingin merubah sesuatu dimana hal tersebut tidak kita ketahui. Oleh karena itulah tanggung jawab dari seorang penyemangat untuk mempelajari sesuatu dari ilmu antropologi dan sosiologi. Seorang penyemangat merupakan ahli sosiologi terapan, jadi harus memahami beberapa bagian penting dari subjeknya.

3. Mempertahankan Elemen yang penting dari masyarakat tetap diingat:

Hal penting untuk seorang penyemangat yang harus mendapat perhatian adalah hubungan antara dimensi-dimensi budaya yang membentuk sebuah komunitas. Sementara ahli sosial mungkin tidak menyetujui mengenai kebiasaan dari hubungan tersebut, seluruhnya akan setuju kalau karakteristik dasar dari sebuah komunitas (dan komunitas di dalam masyarakat) adalah hubungan antara dimensi-dimensi budaya tersebut.
Sebuah komunitas, seperti institusi sosial lainnya, tidaklah hanya sebuah kumpulan dari orang-orang; ini merupakan sekumpulan dari hubungan, sifat dan sikap dari para anggotanya

4. Budaya mempelajari:

budaya berisi berbagai hal, termasuk aksi dan kepercayan dimana manusia(sebagai makhluk) belajar, yang membuat mereka menjadi manusia seuthnya. Budaya termasuk pembelajaran tingkah laku. tapi bukan hal-hal yang diturunkan secara genetik. Budaya di komunikasikan dengan simbol; bukan dengan gen.
Sementara beberapa budaya dipelajari sedari kecil (seperti bagaimana berbicara untuk contohnya), lainnya dipelajari pada saat dewasa. Sementara penyemangatlah yang mempromosikan perubahan budaya, dia juga menyebarkan proses pembelajaran akan ide baru dan tingkah laku. Kemampuan mengajari para dewasa untuk itu sangat dibutuhkan.
Pengertian sosiologi dari budaya, dimana masyarakat sendiri, bukanlah pengertian sehari-hari dari budaya, dimana orang biasanya hanya memikirkan menari dan bersenang-senang, atau hanya seni (mereka hanya memiliki salah satu dari dimensi budaya, yaitu estetika).

5. Budaya melebihi manusianya:

Budaya adalah sangat organis. Untuk memahami konsep khusus ini, "sangat organis", adalah penting untuk memahami komunitas.
Hanya saja tahap organis berdasarkan yang bukan organis (sel yang hidup berasal dari atom yg tidak hidup, dll ), Jadi sangat organis berasal dari organis ( masyarakat bukan lah makhluk hidup tapi membentuk makhluk hidup).
Hal ini berarti, selama proses pemberian semangat (mobilisasi dan pengaturan) suatu komunitas, seorang pemberi semangat harus selalu dapat melihat apa yang terjadi dalam masyarakat secara keseluruhan, bertolak belakang apabila hal itu terjadi pada individu.

6. Masyarakat merupakan sebuah sistem superorganis:

Sebuah komunitas dapat juga dilihat sebagai suatu organisme. Meraka akan terus hidup dan berfungsi walaupun manusia di dalam nya datang dan pergi, sama juga lahir dan mati. Sama seperti sel yang hidup, tumbuhan atau hewan, mereka bergantung pada faktor pembentuk mereka, jadi sebuah institusi, sebuah pola perilaku, atau komunitas, berpangaruh terhadap individu di dalam nya.
Sebuah kepercayaan, sebagai contoh, dipercayai olah seseorang, tapi kepercayaan itu dapat tetap ada meskipun orang pertama yang mempercayainya telah lama meninggal. Hal ini juga berlaku terhadap institusi seperti perkawinan, sebuah organisasi seperti angkatan udara, sebuah kota bernama maputo, sebuah kebiasaan seperti berjabat tangan, sebuah alat seperti cangkul atau sebuah sistem seperti pemasaran. Semua itu melebihi seuah individu manusia yang memilikinya.
Sebuah masyarakat, ini merupakan sebuah sistem, bukanlah sistem anorganis seperti mesin, bukanlah sistem anorganis seperti pohon, tapi merupakan sistem yang dibangun atas dasar pembelajaran ide-ide dan perilaku dari manusia.
Walaupun sebuah masyarakat merupakan sebuah sistem budaya (di dalamnya melebihi manusianya) janganlah beranggapan bahwa sebuah komunitas merupakan suatu kesatuan yg harmonis. tidak. mereka penuh akan perselisihan, pergulatan dan konflik, atas dasar perbedaan jenis kelamin, kepercayaan, akses terhadap kesehatan, etnik, kelas, tingkat pendidikan, pendapatan kepemilikan modal bahasa dan banyak lainnya.
Dalam rangka mempopulerkan partisipasi masyarakat dan pengembangan, merupakan tugas dari pember semangat untuk membawa faktor-faktor tadi menjadi satu, mengajarkan toleransi dan semangat kesatuan dan mengabaikan perbedaan. Hal ini tidaklah mudah. Sementara teknik untuk melakukan ini dapat ditemukan di naskah yang lain dalam seri ini, mengerti mengenai sistem sosial dan budaya (diseutkan dalam naskah ini) memberikan dasar teori dimana seorang pemberi semangat dapat membangun kompetensi yang profesional.
Untuk para pemberi semangat dalam rangka merubah sebuah komunitas, adalah penting untuk tahu bagaimana sebuah sistem bekerja dan bagaimana merespon terhadap perubahan. Sama seperti ahli mesin (sebuah ilmu terapan) harus tahu bagaimana sebuah mesin bekerja, fasilator dalam komunitas (ilmu terapan sosial) harus memahami bagaimana sebuah komunitas bekerja.

7. Dimensi dari budaya:
Seluruh budaya (atau organisasi sosial) memiliki beberapa dimensi. Seperti dimensi fisik dari panjang, lebar, tinggi dan waktu, dimensi budaya mungkin beragam, tapi dari pengertian semua sama. Disarankan disini bahwa ada enam dimensi budaya atau sosial. Hal ini berlaku untuk setiap sistem dar ipembelajaran nilai dan perilaku.
Berbagai dimensi dari budaya adalah:
  1. Teknologi,
  2. Ekonomi,
  3. Politik,
  4. Institutional (sosial),
  5. nilai-estetika, dan
  6. konsep kepercayaan.

oleh :  Phil Bartle , PhD

Tidak ada komentar:

Posting Komentar